Rabu, 18 Juli 2012

Hamil Tidak Harus 9 Bulan, Fenomena Terbaru di Indonesia

 
oleh : dr.Andri,SpKJ
Psikiater dan Pengamat Kesehatan Jiwa
Beberapa bulan belakangan ini saya cukup sering mendengar berita-berita gembira sekaligus mengejutkan dari para selebriti kita di Indonesia. Berita tentang kelahiran putera atau puteri mereka memang merupakan berita gembira yang pastinya banyak orang menaruh simpati, tetapi di samping itu ada berita mengejutkan yang juga mengiringi. Apa itu ? Ternyata kebanyakan anak hasil pernikahan mereka ini dikandung kurang dari 9 bulan.
Kalau anda lalu bertanya, apakah maksudnya prematur seperti anak kembar saya yang lahir di usia kehamilan 34 minggu ? Ternyata tidak. Karena anak-anak yang lahir ini ternyata sehat dan sesuai dengan usia kehamilan 9 bulan. Tidak seperti anak kembar saya yang lahir di bawah 2 kilogram dengan panjang badan yang hanya 45 cm dan 43 cm saat lahir.
Lalu fenomena apakah ini? Apakah ada teknologi mempercepat usia kehamilan dan membuat matang si jabang bayi? Ini termasuk pertanyaan bodoh bukan. Apalagi jika diungkapkan oleh seorang dokter seperti saya. Masalahnya fenomena ini bahkan bisa dijawab oleh dukun peraji di kampung yang tidak makan bangku sekolah kedokteran sekalipun. Bisik-bisik tetangga mengatakan bahwa kehamilannya mungkin telah terjadi sebelum pernikahan.

Dianggap Biasa
Terkadang saya memang bingung dengan masyarakat kita yang semakin permisif saat ini. Kita sering menganggap kita ini adalah orang-orang beriman dan beragama, tetapi mengapa banyak perbuatan yang haram dan maksiat dipampangkan tanpa malu-malu di depan publik.
Lihat saja banyak orang-orang yang korupsi tanpa malu-malu. Bahkan ada yang marah-marah dituduh korupsi karena uang yang ia “korupsi” dipakai untuk membantu membangun tempat ibadah. Walah ajaran dari mana ini kalau membangun tempat ibadah boleh dari hasil perbuatan haram.
Sekarang ditambah lagi dengan fenomena hamil kurang 9 bulan yang dipampangkan oleh berita infotaiment yang kadang lebih sering kelihatan kekurangan berita. Semua dianggap wajar dan dipampangkan di berbagai media berulang-ulang. Jangan heran tanpa sadar hal seperti ini akan mempengaruhi anak-anak kita.
Anak-anak kita bukan manusia bodoh yang akan hanya belajar dari apa yang kita haruskan kepada mereka. Mereka akan belajar juga dari lingkungan sosialnya, dari berita-berita di sekitarnya yang mustahil kita cegah. Mereka akan mengerti mengapa ada perempuan bisa melahirkan hanya dalam kurun waktu 6 bulan atau kurang sejak nikah. Jadi jangan harap mereka untuk tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah jika contoh-contoh yang ada akan membuat mereka lebih mengamini dan permisif dengan hal-hal itu.
Mungkin banyak dari kita yang mengatakan, lha fenomena ini kan biasa terjadi di masyarakat. Sejak dulu kita kenal istilah MBA (married by accident) atau kawin karena kecelakaan. Fenomena hubungan seksual di kalangan pelajar juga bukan barang baru lagi karena sudah beberapa kali diumumkan hasil-hasil penelitiannya. Tetapi dahulu hal ini ditutup rapat-rapat. Orang-orang yang mengalami MBA tidak akan heboh di layar kaca merayakan kelahiran anaknya, mereka malu dan berusaha menutupinya. Hal ini berbeda dengan sekarang yang sangat bebas tampil, lagi-lagi sebenarnya karena profesi mereka yang artis dan figur publik.
Kita berharap sebenarnya media membantu untuk mengurangi penayangan hal-hal seperti ini sambil terus kita berikan informasi yang cukup mengenaik pendidikan seksual buat anak kita. Buat mereka mengerti akan kondisi-kondisi terkait perkembangan seksual sesuai dengan umurnya. Jangan sampai mereka lebih tahu banyak dari luar daripada dari kita sendiri orang tuanya.

Semoga kita semua bisa menjadi orang tua yang baik buat anak-anak kita.

0 komentar: