"Saya juga memiliki prinsip. Prinsip hidup. Prinsip hidup Saya itu saya
dasarkan pada Islam. Sebab saya paling yakin dengan ajaran Islam. Di
antara ajaran Islam yang saya yakini adalah ajaran tentang menjaga
kesucian. Kesucian lahir dan kesucian batin. Kenapa dalam buku-buku
fikih pelajaran pertama pasti tentang thaharah. Tentang bersuci. Adalah
agar pemeluk Islam senantiasa menjaga kesuciar lahir dan batin. Di
antara kesucian-kesucian yang dijaga oleh Islam adalah kesucian hubungan
antara pria dan wanita. Islam sama sekali tidak membolehkan ada
persentuhan intim antara pria dan wanita kecuali itu adalah suami isteri
yang sah. Dan ciuman gaya Prancis itu bagi saya sudah termasuk kalegori
sentuhan sangat intim. Yang dalam Islam tidak boleh dilakukan kecuali
oleh pasangan suami isteri. Ini demi menjaga kesucian. Kesucian kaum
pria dan kaum wanita..
"Ketika saya mengatakan bahwa jika sampai
saya melakukan ciuman itu dengan wanita yang tidak halal bagi saya, maka
saya telah menodai kesucian saya sendiri dan menodai kesucian wanita
itu. Dan itu bagi saya adalah suatu musibah yang luar biasa besarnya.
Saya telah kehilangan kesucian bibir saya. Tidak hanya itu, saya juga
kehilangan kesucian jiwa saya. Jiwa saya telah terkotori oleh dosa yang
entah bagaimana cara menghapusnya. Jika bibir ini kotor oleh gincu bisa
dibersihkan dengar air atau yang lainnya. Tapi jika terkotori oleh bibir
yang tidak halal, kotor yang tidak tampak bagaimana cara
membersihkannya. Meskipun bisa beristighfar, meminta ampun kepada Allah
tetap saja bibir ini pernah kotor, pernah ternoda, pernah melakukan dosa
yang menjijikkan. Saya tidak mau melakukan hal itu. Saya ingin menjaga
kesucian diri saya seluruhnya. Saya ingin menghadiahkan kesucian ini
kepada isteri saya kelak. Biar dialah yang menyentuhnya pertama kali.
Biar dialah yang akan mewangikan jiwa dan raga ini dengan
sentuhan-sentuhan yang mendatangkan pahala."
"Itulah prinsip yang
caya yakini. Mungkin saya akan dikatakan pemuda kolot. Pemuda primitif.
Pemuda kampungan. Pemuda tidak tahu perkembangan dan lain sebagainya.
Tapi saya tidak peduli. Saya bahagia dengan apa yang saya yakini
kebenarannya. Dan saya yakin Mbak Eliana yang pernah belajar di negeri
yang mengagungkan kebebasan berpendapat itu akan bisa menghargai
pendapat saya."